Cara buat pupuk dari Tahi Sapi Teletong Dengan Em4



Info Pertanian Online  - Pupuk kandang secara teori adalah semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Kalau misalnya dalam memelihara sapi, atau hewan ternak yang lain alas kandang diberi jerami maka jerami ini akan kesulitan untuk dipisahkan dari kotoran sapi. Jerami ini disebut pula sebagai pupuk kandang. Sekarang pupuk kandang mulai banyak yang mencari, seperti di daerah asal saya, pada saat mulai musim kemarau ada beberapa orang yang keliling desa untuk mengambil pupuk kandang ini dan ini biasanya digratiskan oleh peternak terkait, karena sama-sama saling menguntungkan.

Secara Umum kandungan unsur hara dalam pupuk kandang lebih rendah daripada pupuk kimia atau anorganik. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang ini tidak mudah tersedia bagi tanaman, Artinya tanaman tidak bisa secara langsung memanfaatkaannya. Hal ini disebabkan karena bentuk N, P serta unsur lain terdapat dalam bentuk senyawa kompleks organo protein atau senyawa asam humat atau lignin yang sulit terurai. Selain itu pupuk kandang juga mengandung biji-bijian,gulma, bakteri saprolitik, pembawa penyakit, dan parasit mikroorganisme yang dapat membahayakan hewan atau manusia.


Pupuk anorganik/kimia selama ini memang memberikan manfaat yang cukup besar kepada para petani. Produknya yang praktis, cepat dan efektif dapat memudahkan petani dalam meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Peran teknologi yang semakin canggih memang mendukung dan bertujuan untuk itu. Pupuk, pestisida, herbisida, dan lain-lain banyak produknya yang tersedia di pasaran.

Kekhawatiran akan efek jangka panjang dari penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia mulai dirasakan. Penggunaan pupuk kimia, pestisida, herbisida dan obat-obatan kimia yang berbahaya bagi kesehatan apabila digunakan secara terus menerus dapat mengakibatkan pecemaran lingkungan dan menurunkan fungsi dan kualitas lingkungan. Untuk itu penggunaan pupuk organik dan pertanian organik diharapkan dapat digunakan secara luas supaya lingkungan tidak tercemar dan kualitas tanah tidak mengalami penurunan fungsinya.

Cara Membuat Pupuk Kandang Dengan Em4


Pada paragraf di atas telah saya sebutkan bahwa pupuk kandang memiliki kekurangan-kekurangan dibandingkan dengan pupuk kimia/anorganik. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah pengoptimalan supaya pupuk kandang bisa bersaing dengan pupuk anorganik. Cara pembuatan pupuk kandang cukup mudah dan biayanya juga tidak banyak, hanya perlu meluangkan waktu, tenaga serta keyakinan.

Menurut Standard Nasional Indonesia kandungan unsur hara yang ada pada pupuk organik adalah sebagai berikut:
Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
Sifat Kimia%
Standard SNI
Pupuk Kandang Sapi
C-Organik%
12
24,2
N-Total%
0,4
2,02
Phospor%
0,1
0,49
Kalium%
0,2
1,42
C/N rasio%
10 – 25
12,0
pH%
4 – 8
8,30
Kadar Air%
50 (Maksimal)
16,72




Untuk membuat pupuk kompos dari kotoran sapi adalah sebagai berikut:
1. Kotoran sapi dikumpulkan dalam suatu tempat, bisa silo atau yang lainnya. Tempat pengumpulan kotoran sapi ini harus bisa ditutup dengan rapat. Tujuannya supaya terjadi proses fermentasi kedap udara atau anaerob.
2Selanjutnya kotoran sapi diperam selama 90 hari secara normal. Apabila ingin lebih cepat bisa dengan menambahkan bakteri fermentator EM4. Penambahan EM4 bisa mempercepat proses pemeraman sampai 7-14 hari saja. Selama pemeranan akan terjadi pembusukan dan penguraian unsur-unsur dalam kotoran sapi sehingga mengasilkan unsur-unsur hara yang langsung bisa diserap oleh tanaman.
3. Dosis penggunaan EM4 bisa dilihat pada kemasannya.Campurkan larutan EM4 dan molase / gula dengan air, dengan perbandingan 1 : 1 : 100, kemudian didiamkan selama 2 hari agar terjadi proses fermentasi. Larutan tersebut dapat di semprotkan pada limbah ternak dengan kapasitas limbah 1 ton.

Menurut hasil dari penelitian pak Ariyanto, pupuk kandang yang difermentasi dengan em4 ini menunjukkan hasil yang lebih baik daripada pupuk kandang yang diperam secara normal. Secara lengkap hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
Sifat Kimia%
Pupuk Kandang + EM4
Pupuk Kandang Sapi
C-Organik%
18,76
24,2
N-Total%
3,46
2,02
Phospor%
1,56
0,49
Kalium%
2,04
1,42
C/N rasio%
16,9
12,0
pH%
7,30
8,30
Kadar Air%
24,25
16,72




Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan em4 dalam pembuatan pupuk kandang sapi dapat meningkatkan unsur hara yang dikandungnya. Dengan tambahan bakteri fermentor waktu pembuatan kompos juga lebih cepat dan harganya juga tidak mahal. 

referensi:
Ariyanto,S.E..Perbaikan Kualitas Pupuk Kandang Sapi dan Aplikasinya pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata sturt). Staf pengajar Fakultas Pertanian UMK. Jurnal Sains dan Teknologi

Makanan dan minuman Yang Terbuat Dari Kotoran Hewan Dan Tinja Manusia, Wat De Fak !!!

Normalnya, feses atau tinja memang tidak boleh dikonsumsi kembali. Walaupun begitu, beberapa jenis hewan mencerna kembali kotoran mereka untuk mendapatkan manfaat kesehatan. 

Belakangan, para ilmuwan juga mulai mengembangkan teknologi pengolahan feses manusia menjadi bahan makanan untuk solusi krisis bahan pangan global di masa depan. Jauh sebelum itu, berbagai makanan tradisional yang dibuat dari campuran kotoran binatang sudah lebih dulu dikenal, misalnya arak dan kopi. Mungkin bagi sebagian besar orang terdengar menjijikkan. Tetapi nyatanya tak sedikit orang yang bersedia membayar mahal untuk mendapatkan makanan dan minuman dari feses ini.

1. Kopi Luwak 



Sudah bukan rahasia lagi kalau kopi luwak merupakan salah satu kopi termahal di dunia. Namanya bahkan sudah mendunia, begitu juga dengan proses pembuatannya. Kopi ini dibuat dari biji kopi yang sudah keluar dari saluran ekskresi luwak.

Luwak hanya memakan buah kopi yang sudah matang. Selain itu, biji kopi yang tidak tercerna sempurna diyakini sudah mengalami proses fermentasi oleh enzim pencernaan di dalam usus luwak dan menjadi lebih enak lagi jika diolah menjadi kopi. Tak heran jika harga per kilogram kopi luwak bisa mencapai jutaan rupiah. 

2. Teh hijau spesial kotoran panda



Teh buatan An Yashi, dosen Universitas Sinchuan, China ini terbuat dari campuran teh hijau dan kotoran panda. Hasilnya adalah teh dengan kandungan antioksidan yang sangat tinggi. Dilansir Australia's SBC, kotoran panda sarat akan berbagai vitamin dan mineral yang berasal dari bambu, makanan kesukaannya.

Sama seperti teh hijau, bambu mengandung unsur yang dapat mencegah kanker dan meningkatkan khasiat anti kanker yang ada pada teh hijau.

Sang dosen membandrol teh hijau spesial buatannya dengan harga 440.000 yuan per pon atau sekitar 853.000.000 rupiah jika menggunakan nilai tukar saat ini. Jadilah teh kotoran panda buatan An Yashi yang termahal di dunia.

3. Ttongsul / minuman alkohol dari tinja



Kalau biasanya minuman beralkohol dibuat dari buah-buahan atau beras, arak tradisional dari Korea Selatan ini justru dibuat dari kotoran manusia. Ttongsul merupakan minuman langka yang sudah jarang dibuat. Minuman ini diyakini memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Konon dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membantu penyembuhan patah tulang.

Menurut Dr. Lee Chang Soo, ahli pengobatan tradisional yang masih memproduksi ttongsul, minuman ini dapat diproduksi dengan dua cara. Cara pertama dengan memfermentasikan tinja dan alkohol dari sulingan air gandum selama berbulan-bulan. Cara kedua dengan proses fermentasi selama beberapa hari saja. Tetapi kualitasnya tak sebagus yang dibuat dalam waktu lama.

4. Poopperoni / Sosis tinja anak manusia


Rasa asam unik yang terdapat pada sosis, salami, dan pepperoni merupakan hasil fermentasi dari bakteri. Namun keberadaan bakteri ini tak membuat daging olahan ini lebih sehat. Berangkat dari pemikiran ini, sejumlah ilmuwan lantas menciptakan pepperoni yang jauh lebih sehat. Caranya adalah dengan menambahkan bakteri dari kotoran manusia, tepatnya kotoran bayi.

Bakteri dalam kotoran bayi dinilai memiliki khasiat sehat untuk saluran cerna, bisa menjadikan pepperoni dan sosis sesehat yoghurt.

Dilansir LiveScience, pepperoni yang dibuat dari bakteri kotoran bayi memiliki rasa yang sama dengan pepperoni biasa.

Tinja di olah jadi makanan dan minuman, Oh My God !!!



Peningkatan populasi manusia mendatangkan banyak permasalahan, salah satunya sampah manusia. Sisa-sisa pencernaan, macam tinja, dapat dihasilkan sebanyak 125-250 gram per hari oleh masing-masing manusia. Buangan tinja tersebut, jika tak dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber masalah serius bagi kesehatan.

Jika dikalikan, maka untuk Jakarta saja, tinja yang dikeluarkan setiap hari bisa mencapai lebih dari 714 ton. Maka dari itu, beragam upaya dilakukan mengurangi tumpukan tinja ini. Misalnya dengan mengolah tinja menjadi biogas, pupuk, hingga olahan makanan.

Di Jepang, untuk menghadapi krisis pangan, sekaligus merespon masalah pengelolaan tinja, Mitsuyuki Ikeda dari Okayama Laboratory menciptakan inovasi makanan dari tinja manusia: steak tinja.

Setelah melakukan penelitian, Ikeda menemukan adanya kandungan protein tinggi dalam lumpur limbah tinja. Pembuatannya adalan dengan mengekstrak protein llimbah, lalu memberi cairan enhancer. Setelah setengah jadi, daging buatan dimasukkan ke alat exploder untuk diolah sebelum dapat benar-benar dimakan.

Agar warnanya terlihat merah segar seperti daging pada umumnya, ia menambahkan cairan pewarna dan menambahkan protein kacang kedelai. Masalah rasa, tak perlu disangsikan, sebab uji coba rasa awal menyatakan rasa steak daging buatan ini sama seperti steak daging sapi biasa.

Sayangnya, sebelum benar-benar bisa dimakan, ada beberapa masalah yang harus diatasi. Pertama, biaya pembuatan steak daging kotoran ini lumayan mahal. Bisa mencapai 10-20 kali lipat dari pembuatan steak daging sapi biasa. Masalah kedua, tentu saja rasa jijik yang menghinggapi para konsumen ketika tahu bahan baku daging steaknya terbuat dari tinja manusia.
"Banyak orang pasti enggan untuk memakannya," kata Ikeda seperti dilansir Mother Network Nature.

Namun, masalah kedua mungkin bisa ditekan dengan menawarkan komposisi gizi steak ini yang cukup tinggi, yakni 63 persen protein, 25 persen karbohidrat, 9 persen mineral, dan 3 persen lipid. Apalagi, steak daging sapi berbahan tinja ini juga menyumbang penyelesaian masalah lingkungan. Seperti diketahui, rantai industri daging telah menyumbang 18% emisi gas rumah kaca.

Sosis Tinja Bayi


Tak hanya di Jepang saja dilakukan inovasi mengolah tinja menjadi makanan. Inovasi serupa juga sudah dilakukan di Spanyol. Jurnal Meat Science menyebutkan inovasi mengolah tinja di Spanyol ini menghasilkan sosis “Feut” yang berbahan dasar tinja bayi. Inovasi ini diklaim memiliki beragam manfaat, seperti melancarkan pencernaan.

Sebenarnya yang dimaksud sosis dari tinja bayi tidak seperti daging tinja manusia yang dibuat di Jepang. Sosis yang dipakai memang sosis asli yang terbuat dari daging sapi, hanya saja ditambahkan bakteri yang diambil dari tinja bayi untuk membuat sosis menjadi lebih lezat.

Tim ilmuwan di Spanyol yang menguji bakteri dari 43 sampel kotoran bayi menemukan enam bakteri, namun hanya satu yang sepenuhnya menjadi sosis. Bakteri yang diambil adalah bakteri prebiotik, yakni Lactobacillus dan Bifidobacterium. Selain menjadikan sosis lebih lezat, bakteri ini nantinya akan membuat sosis menjadi makanan kesehatan yang mengandung prebiotik, seperti yoghurt.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), probiotik adalah suatu mikroorganisme hidup yang bermanfaat bagi kesehatan inang, baik itu hewan maupun manusia. Prinsip kerja probiotik memanfaatkan kemampuan mikroorganisme tersebut dalam menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak.

Kemampuan ini diperoleh karena adanya enzim-enzim khusus yang dimiliki oleh mikroorganisme untuk memecah ikatan. Pemecahan molekul kompleks menjadi molekul sederhana mempermudah penyerapan oleh saluran pencernaan manusia. Bakteri probiotik memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia, di antaranya untuk sistem kekebalan, sistem intestinal, sistem urogenital, hingga menurunkan efek alergi.

Bifidobacterium dan lactobacillus digunakan pada orang-orang dengan sindrom iritasi usus, ulcerative colitis, atau kantong ileum. uga bisa digunakan perempuan untuk mendukung kesehatan vagina.

Minuman Fermentasi Tinja


Selain makanan, olahan tinja manusia juga bisa berbentuk minuman. Di Korea Selatan, terdapat minuman beralkohol bernama Ttongsul yang terbuat dari fermentasi tinja anak-anak dan alkohol dari sulingan air gandum selama berbulan-bulan.

Wine gandum ini tidak banyak dinikmati di Korea Selatan karena hampir punah pada tahun 60-an sebab tidak banyak orang yang tahu cara pembuatannya. Dokter Lee Chang Soo adalah salah seorang yang masih menggunakan bahan baku spesial untuk membuat wine sekaligus obat tradisional ini.

Wine ini dibuat dengan fermentasi gandum yang sudah dicampur dengan tinja anak-anak berusia kurang dari enam tahun yang murni dan tidak terlalu berbau. Setelah difermentasi selama sehari, beras yang sudah dimasak dan tidak mengandung gluten dicampurkan ke dalam air fermentasi.

Gandum ini digunakan sebagai bahan fermentasi karena mengandung banyak protein, baru kemudian ditambahkan beras biasa untuk menambah rasa. Campuran tersebut kemudian disatukan dalam sebuah mangkuk dan ditambahkan air yang mengandung tinja dan didiamkan selama seminggu dalam ruangan bersuhu 30-37 derajat celcius.

Minuman dengan kadar alkohol 9 persen ini kadang digunakan sebagai obat oleh orang Korea zaman dulu. Seperti untuk menyembuhkan luka, tulang yang patah hingga epilepsi. Sama halnya seperti kotoran ayam untuk mengobati masalah pencernaan atau kotoran kelelawar untuk mengobati kecanduan alkohol.

Sumber tulisan : https://tirto.id/tinja-yang-diolah-menjadi-makanan-dan-minuman-ciSM

Pupuk kualitas tinggi dari kotoran atau tinja manusia



Apa yang terlintas di pikiran anda jika mendengar kata tinja? Tentu saja adalah hal yang kotor, menjijikkan, dan tidak ada manfaatnya bukan? Namun baru-baru ini ada sebuah penemuan yang mendapati kalau tinja manusia mempunyai manfaat.

Penggunaan tinja tanpa diolah sebagai pupuk, sejak lama dilakukan di sejumlah negara. Tapi praktik itu mengandung banyak kerugian. Selain bau juga kandungan zat berbahaya dan bibit penyakit sulit disingkirkan. Seorang peneliti Indonesia kini melakukan riset di Jerman untuk mengolah tinja menjadi pupuk berkualitas tanpa efek samping berbahaya. 

Dari tinja, katakanlah satu kota berpenduduk 1 juta orang dapat dihasilkan: 1.200 ton Nitrogen, 170 ton Fosfor, 330 ton Potassium per tahun. Di Universitas Bochum di Jerman, manfaat tinja manusia ini diteliti dan dibuat menjadi pupuk organik untuk sektor pertanian.

Fadli Mustamin bersama para rekannya yang tergabung dalam tim peneliti kerja sama universitas Bochum dan Universitas Bonn, International Water Management Institute di Srilanka, meneliti manfaat gabungan lumpur tinja dan sampah organik untuk pupuk organik. Proyek ini didanai oleh Kementerian untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman, BMZ.

Metode yang paling umum dan terjangkau adalah melalui pengomposan tinja dan sampah organik untuk dijadikan pellet. Pengomposan yang menghasilkan panas hingga 71C, efektif membunuh patogen. Pengomposan itu dilakukan di Srilanka dan dan pellet-nya dibawa ke Bochum.

Di Bochum, Fadli mempersiapkan tanah yang akan dicampur pellet. Adapun, pellet itu 70 persennya adalah tinja manusia dan 30 persennya sampah organik. Untuk mengukur kadar karbon dioksidanya, pellet akan diberi bahan tambahan seperti kalium hidroksida.

Melalui proses inkubasi selama 50 hari, para peneliti mengetahui berapa kadar jumlah karbon dioksida yang dihasilkan dari proses pernapasan mikroorganisme selama 50 hari. Semakin banyak karbon dioksida yang dihasilkan, semakin aktif microorganisme, maka semakin subur tanah itu.

Sektor agraria selama ini banyak tergantung pada pupuk kimia yang harganya tidak murah. Selain itu pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan pencemaran lingkungan. Jika penelitian Fadli berhasil, bukan tidak mungkin ini dapat bermanfaat bagi penyediaan pupuk organik di Tanah Air.

Penemuan ini tentu membanggakan bagi Indonesia. Karena ada anak bangsa yang bisa menemukan hal yang berguna bagi banyak orang. Para penemu pun menyatakan kalau ini bisa menjadi solusi bagi negara-negara yang mempunyai kendala dalam pengolahan limbah sanitasi. 

Merubah tinja kotoran manusia menjadi pupuk organik



Masyarakat seringkali tidak memperhatikan bagaimana membuang atau mengolah limbah rumah tangga yang tidak mengganggu lingkungan. Masyarakat menganggap pengelolaan lingkungan dianggap urusan yang memboroskan biaya dan tidak menguntungkan. Padahal limbah domestik seperti kotoran manusia ternyata masih bisa dimanfaatkan.

Gara-gara Prihatin Warga BAB Sembarangan 
Pupuk organik biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun kotoran hewan. Namun seorang PNS di Kabupaten Nganjuk mencoba berinovasi dengan membuatnya dari kotoran manusia. Selain diklaim ramah lingkungan, ide pembuatan pupuk ini terinspirasi dari banyaknya warga di pedesaan yang buang air besar (BAB) sembarangan.

Pencetus ide pembuatan pupuk organik dari tinja manusia ini yakni Maryono, PNS asal Desa Karangsono Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk. Di tangan kreatifnya limbah dari tinja manusia bisa diolah menjadi pupuk organik NPK dan juga pupuk cair.

Ide awal pembuatan pupuk tinja berawal dari keprihatinan Maryono melihat banyak warga di pedesaan BAB sembarangan serta tidak menjaga kebersihan lingkungan. Dari keprihatinan itu dia melakukan eksperimen dan berhasil menemukan komposisi yang bisa dijadikan sebagai bahan utama pupuk. Dengan penemuan ini dia berharap warga sadar dan mampu mengolah tinja sebagai pupuk dan tidak lagi BAB sembarangan.


Menurut penuturan Maryono, untuk membuat pupuk ini kotoran manusia yang tertampung di WC minimal satu tahun, dikeringkan terlebih dahulu di bawah terik matahari hingga berbentuk seperti serbuk. Serbuk inilah yang nantinya menjadi bahan dasar utama pupuk organik. “Namun untuk membuat pupuk organik yang berkualitas tinggi harus mencampurnya dengan pupuk kandang dan juga pupuk yang saya racik sendiri dari sisa dapur seperti bayam, tomat, maupun nasi yang telah basi,” jelasnya.
Selanjutnya ketiga bahan tersebut dicampur menjadi satu dan dicampur dengan cairan fermentasi yang berisi bakteri pengurai yang juga dibuatnya sendiri dari fermentasi sayur dan buah busuk, selain itu juga ditambah dengan tetes tebu dan air kelapa. Selanjutnya seluruh campuran tadi difermentasi selama satu minggu. Fungsi pengurai ini untuk meningkatkan kadar kandungan pupuk organik.

Setelah tercampur rata, pupuk yang diberi sebutan oleh Maryono sebagai pupuk NPK organik ini siap untuk digunakan. Menurutnya, tanpa campuran bahan lain sebenarnya pupuk yang terbuat dari tinja sudah bisa digunakan. Namun hasilnya tidak bisa maksimal karena berdasarkan uji lab, pupuk tinja mengandung phospor yang tinggi dan kurang memenuhi unsur nitrogen maupun kalium untuk kesuburan tanah. Guna memenuhi unsur phospor, nitrogen, dan kalium atau biasa disebut NPK ini, Maryono berinisiatif mencampur ketiga bahan tersebut agar semua unsur terpenuhi.

Dari beberapa kali pengujian menggunakan pupuk ini, Maryono mengaku pupuk buatannya mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dibanding pupuk NPK kimia yang biasa dijual di pasaran. Dengan menggunakan pupuk ini tanaman padi lebih cepat tumbuh dari rata-rata dan lebih berisi. Selain itu penggunaan pupuk ini lebih ramah lingkungan karena sifat utama bahan dasar pupuk yang mudah mengurai dengan tanah, sehingga tanah lebih subur dan gembur. Sementara jika menggunakan pupuk buatan pabrik, jika digunakan terus menerus akan membuat tanah mengeras dan tidak subur dalam jangka waktu lama. “Pupuk ini lebih ramah lingkungan dibanding buatan pabrik,” ujarnya.
Untuk harga, Maryono biasanya menjual pupuk organik ini seribu rupiah perkilogram. Harga ini jauh lebih murah jika dibanding harga pupuk NPK buatan pabrik yang berkisar lima ribu rupiah.(andik sukaca)

Membuat tinja septic tank jadi pupuk tanpa bau



Kegiatan yang dilakukan pemuda Desa Sembayat ini layak menjadi percontohan desa lain. Melalui Forum Kerja Ekonomi Mandiri Pemuda Sembayat (Forkems) ini mereka membuat lingkungannya menjadi lebih bersih dan zero waste.

PARA pemuda di desa ini memanfaatkan kotoran manusia atau tinja menjadi pupuk tanaman. Dan hasilnya, tanaman lebih cepat tumbuh dan subur. Terutama tanaman bunga. Bagusnya lagi, kendati terbuat dari kotoran, namun saat dijadikan pupuk tidak berbau.

“Karena keterbatasan lahan, untukpengelolahan limbah seperti septic tank maka harus icari solusinya. Daripada septic tank malah meluber mencemari air bersih, mending diambil berkala agar tak memakan tempat banyak, daripada hanya dibuang dan berpindah tempat lagi,” kata Ketua Forkems Ahmad Shodiq.

Dikatakan, pada umumnya limbah kotoran yang biasa dibuat tanaman adalah kotoran hewan. Seperti sapi, kambing dan ayam. Namun ternyata, kotoran manusia bisa dijadikan pupuk tanaman. Bahkan lebih subur dari pupuk limbah kotoran hewan lainya. “Namun sejauh ini kami gunakan dan diperjualkan untuk tanaman berbunga dan sangat subur,” lanjutnya.

Dijelaskan, feses atau tinja memberikan beberapa efek positif ketika diaplikasikan ke tanah. Pupuk ini mampu meningkatkan kemampuan tanah mengikat air dan meningkatkan kesehatan tanaman melalui kandungan unsur hara yang dimilikinya. “Pupuk feses yang sudah jadi tidak akan menarik datangnya lalat dan tidak menyebabkan polusi karena tidak berbau,” paparnya.

Kelebihanya lagi, olahan pupuk dari kotoran ini mampu menyuburkan tanaman dan lebih cepat berbuah. Dibanding dengan pupuk lainya, hasil pupuk fases membuat warna tumbuhanya lebih hijau. “Saya buktikan sendiri, beberapa tanaman dengan pupuk berbeda. Hasilnya, lebih bagus pupuk fases, warna yang dihasilkan juga berbeda, lebih hijau,”ungkapnya.

Pupuk fases buatan pemuda Desa Sembayat, saat ini hanya diterapkan pada media tanaman bunga saja. Sedangkan pada tanaman pangan seperti padi, hingga jagung, masih belum berani diaplikasikan. Selain masyarakat tak ingin mengkonsumsinya, karena fases juga belum layak uji coba pada tanaman pangan.

“Kami masih uji lab, belum tahu hasilnya. Yang jelas saya pernah mencoba pada tanaman cabai. Setelah saya memakannya, kandungan hasilnya aman-aman saja,” katanya.

Anggota Forkems Junaidi menambahkan, pembuatan pupuk cukup rumit. Sebab, ada teknik untuk menghilangkan bau dan bakteri dari feses. Itu dilakukan melalui fermentasi campuran bahan kulit padi yang setelah dibakar dicampur dengan E4. Kemudian bakteri pengurai  dedeg, dan serbuk gergaji. “Kemudian bahan tersebut dicampur menjadi satu dengan tinja manusia” terangnya.

Setelah itu proses pengeringan dalam waktu dua minggu atau 14 hari. Agar fases tidak ditumbuhi bakteri, setiap 4 hari sekali tinja yang sudah menjadi pupuk fases harus diurai. Tujuanya, agar hawa panas tidak menguap, sehingga mudah mengundang bakteri. “Empat hari sekali harus diurai, agar tidak ditumbuhi kuman. Setelah itu melewati pengemasan dan siap dijual,” jelas Junaidi.
 


4 Kandung berbahaya tai atau tinja manusia



Sekretaris Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional Maraita Listyasari mengatakan, sudah banyak kesadaran untuk buang air besar (BAB) di jamban, tetapi masih ada 70 juta masyarakat yang BAB di sembarang tempat. Walaupun sudah banyak jamban sehat dibangun tetapi masih banyak saja jamban yang tidak memenuhi syarat. "Padahal ketika tidak memenuhi syarat, sebenarnya kita hanya memindahkan polutan dari satu tempat ketempat yang lain," ujarnya, saat acara Workshop Media dan Kunjungan Media Mewujudkan STOP BABS 2015, di Sulawesi Selatan, Rabu, (30/5/2012).

 Selain jumlahnya yang begitu banyak, tinja juga memiliki potensi berbahaya dari ke-4 (empat) kandungan yang ada didalamnya. Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan buangan tinja: 

 1. Mikroba 

Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja. Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang. 

2. Materi Organik 

Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan bahan organik). Sekitar 75 persen sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai ciliwung memiliki BODS hampir 40 mg/L (empat kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L). Kandungan BOD yang tinggi itu mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna kehitaman. 

 3. Telur Cacing

Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.

 4. Nutrien 

Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya mati.

Link artikel menarik lainnya :