Pupuk kualitas tinggi dari kotoran atau tinja manusia



Apa yang terlintas di pikiran anda jika mendengar kata tinja? Tentu saja adalah hal yang kotor, menjijikkan, dan tidak ada manfaatnya bukan? Namun baru-baru ini ada sebuah penemuan yang mendapati kalau tinja manusia mempunyai manfaat.

Penggunaan tinja tanpa diolah sebagai pupuk, sejak lama dilakukan di sejumlah negara. Tapi praktik itu mengandung banyak kerugian. Selain bau juga kandungan zat berbahaya dan bibit penyakit sulit disingkirkan. Seorang peneliti Indonesia kini melakukan riset di Jerman untuk mengolah tinja menjadi pupuk berkualitas tanpa efek samping berbahaya. 

Dari tinja, katakanlah satu kota berpenduduk 1 juta orang dapat dihasilkan: 1.200 ton Nitrogen, 170 ton Fosfor, 330 ton Potassium per tahun. Di Universitas Bochum di Jerman, manfaat tinja manusia ini diteliti dan dibuat menjadi pupuk organik untuk sektor pertanian.

Fadli Mustamin bersama para rekannya yang tergabung dalam tim peneliti kerja sama universitas Bochum dan Universitas Bonn, International Water Management Institute di Srilanka, meneliti manfaat gabungan lumpur tinja dan sampah organik untuk pupuk organik. Proyek ini didanai oleh Kementerian untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman, BMZ.

Metode yang paling umum dan terjangkau adalah melalui pengomposan tinja dan sampah organik untuk dijadikan pellet. Pengomposan yang menghasilkan panas hingga 71C, efektif membunuh patogen. Pengomposan itu dilakukan di Srilanka dan dan pellet-nya dibawa ke Bochum.

Di Bochum, Fadli mempersiapkan tanah yang akan dicampur pellet. Adapun, pellet itu 70 persennya adalah tinja manusia dan 30 persennya sampah organik. Untuk mengukur kadar karbon dioksidanya, pellet akan diberi bahan tambahan seperti kalium hidroksida.

Melalui proses inkubasi selama 50 hari, para peneliti mengetahui berapa kadar jumlah karbon dioksida yang dihasilkan dari proses pernapasan mikroorganisme selama 50 hari. Semakin banyak karbon dioksida yang dihasilkan, semakin aktif microorganisme, maka semakin subur tanah itu.

Sektor agraria selama ini banyak tergantung pada pupuk kimia yang harganya tidak murah. Selain itu pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan pencemaran lingkungan. Jika penelitian Fadli berhasil, bukan tidak mungkin ini dapat bermanfaat bagi penyediaan pupuk organik di Tanah Air.

Penemuan ini tentu membanggakan bagi Indonesia. Karena ada anak bangsa yang bisa menemukan hal yang berguna bagi banyak orang. Para penemu pun menyatakan kalau ini bisa menjadi solusi bagi negara-negara yang mempunyai kendala dalam pengolahan limbah sanitasi. 

0 Comments

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.