Merubah tinja kotoran manusia menjadi pupuk organik



Masyarakat seringkali tidak memperhatikan bagaimana membuang atau mengolah limbah rumah tangga yang tidak mengganggu lingkungan. Masyarakat menganggap pengelolaan lingkungan dianggap urusan yang memboroskan biaya dan tidak menguntungkan. Padahal limbah domestik seperti kotoran manusia ternyata masih bisa dimanfaatkan.

Gara-gara Prihatin Warga BAB Sembarangan 
Pupuk organik biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun kotoran hewan. Namun seorang PNS di Kabupaten Nganjuk mencoba berinovasi dengan membuatnya dari kotoran manusia. Selain diklaim ramah lingkungan, ide pembuatan pupuk ini terinspirasi dari banyaknya warga di pedesaan yang buang air besar (BAB) sembarangan.

Pencetus ide pembuatan pupuk organik dari tinja manusia ini yakni Maryono, PNS asal Desa Karangsono Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk. Di tangan kreatifnya limbah dari tinja manusia bisa diolah menjadi pupuk organik NPK dan juga pupuk cair.

Ide awal pembuatan pupuk tinja berawal dari keprihatinan Maryono melihat banyak warga di pedesaan BAB sembarangan serta tidak menjaga kebersihan lingkungan. Dari keprihatinan itu dia melakukan eksperimen dan berhasil menemukan komposisi yang bisa dijadikan sebagai bahan utama pupuk. Dengan penemuan ini dia berharap warga sadar dan mampu mengolah tinja sebagai pupuk dan tidak lagi BAB sembarangan.


Menurut penuturan Maryono, untuk membuat pupuk ini kotoran manusia yang tertampung di WC minimal satu tahun, dikeringkan terlebih dahulu di bawah terik matahari hingga berbentuk seperti serbuk. Serbuk inilah yang nantinya menjadi bahan dasar utama pupuk organik. “Namun untuk membuat pupuk organik yang berkualitas tinggi harus mencampurnya dengan pupuk kandang dan juga pupuk yang saya racik sendiri dari sisa dapur seperti bayam, tomat, maupun nasi yang telah basi,” jelasnya.
Selanjutnya ketiga bahan tersebut dicampur menjadi satu dan dicampur dengan cairan fermentasi yang berisi bakteri pengurai yang juga dibuatnya sendiri dari fermentasi sayur dan buah busuk, selain itu juga ditambah dengan tetes tebu dan air kelapa. Selanjutnya seluruh campuran tadi difermentasi selama satu minggu. Fungsi pengurai ini untuk meningkatkan kadar kandungan pupuk organik.

Setelah tercampur rata, pupuk yang diberi sebutan oleh Maryono sebagai pupuk NPK organik ini siap untuk digunakan. Menurutnya, tanpa campuran bahan lain sebenarnya pupuk yang terbuat dari tinja sudah bisa digunakan. Namun hasilnya tidak bisa maksimal karena berdasarkan uji lab, pupuk tinja mengandung phospor yang tinggi dan kurang memenuhi unsur nitrogen maupun kalium untuk kesuburan tanah. Guna memenuhi unsur phospor, nitrogen, dan kalium atau biasa disebut NPK ini, Maryono berinisiatif mencampur ketiga bahan tersebut agar semua unsur terpenuhi.

Dari beberapa kali pengujian menggunakan pupuk ini, Maryono mengaku pupuk buatannya mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dibanding pupuk NPK kimia yang biasa dijual di pasaran. Dengan menggunakan pupuk ini tanaman padi lebih cepat tumbuh dari rata-rata dan lebih berisi. Selain itu penggunaan pupuk ini lebih ramah lingkungan karena sifat utama bahan dasar pupuk yang mudah mengurai dengan tanah, sehingga tanah lebih subur dan gembur. Sementara jika menggunakan pupuk buatan pabrik, jika digunakan terus menerus akan membuat tanah mengeras dan tidak subur dalam jangka waktu lama. “Pupuk ini lebih ramah lingkungan dibanding buatan pabrik,” ujarnya.
Untuk harga, Maryono biasanya menjual pupuk organik ini seribu rupiah perkilogram. Harga ini jauh lebih murah jika dibanding harga pupuk NPK buatan pabrik yang berkisar lima ribu rupiah.(andik sukaca)

0 Comments

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.